Cara Cerdas Menangkis Tudingan Teroris Terhadap Muslim Di Amerika
Nama lengkapnya Risvan Khan. Dia terlahir sebagai anak berkebutuhan khusus. Risvan memiliki seorang adik yang terlahir normal. Masa kecilnya diwarnai konflik antar agama di sebagian besar India, termasuk lingkungan tempat tinggalnya. Orang tuanya membesarkan Risvan dalam semangat toleransi yang sangat tinggi. Bahkan ketika ayahnya meninggal, Risvan tumbuh dan belajar di sebuah gereja bersama seorang pastur.
Sebagai anak yang berkebutuhan khusus, Risvan selalu nampak kikuk. Dia sangat takut pada orang yang baru dikenalnya, warna kuning, suara keras, dan wajah yang nampak marah. Namun, Risvan memeliki kecerdasan yang luar biasa. Dia bisa cepat belajar di bawah bimbingan sang pastur. Di usianya yang masih kecil, dia bisa memperbaiki berbagai macam peralatan rumah tangga, bahkan hingga kendaraan bermotor.
Tak hanya itu, dia juga sangat kreatif dalam mengaplikasikan pengetahuannya. Hal ini terlihat ketika gereja tempatnya belajar kebanjiran. Hanya dengan sebuah sepeda, Risvan berhasil menguras air yang menggenangi halaman gereja.
Saat adiknya dewasa, dia pindah ke San Fransisco Amerika untuk melanjutkan studinya hingga akhirnya dia menjadi orang yang sukses, sementara Risvan tetap setia menemani ibundanya hingga akhirnya sang ibu meninggal.
Akhirnya dengan sedikit terpaksa, adiknya menampung Risvan. Beruntung, adik ipar Risvan seorang psikolog, sehingga dia bisa mendiagnosa kelainan Risvan yaitu Asperger. Dengan sabar, sang adik ipar membantu Risvan mengatasi masalahnya hingga Risvan dapat menjalani hidup lebih normal.
Setelah Risvan bisa beradaptasi dengan lingkungannya, Risvan bekerja sebagai seorang salesman produk kosmetik. Namun calon konsumen yang ditemui Risvan merasa aneh ketika menerima penjelasan dan cara Risvan memasarkan dagangannya. Hingga akhirnya Risvan bertemu Mandira, seorang pemilik sebuah salon yang juga keturunan India. Mandira adalah satu-satunya calon konsumen yang mau membeli produk yang ditawarkan Risvan.
Pertemuan Risvan dengan Mandira membuat Risvan jatuh cinta untuk pertama kalinya. Mandira memiliki seorang anak berusia 9 tahun, Sameer. Dengan kejujuran, kepolosan, dan kecerdasan Risvan, akhirnya Mandira mau menikah dengan Risvan. Akan tetapi, adik ipar Risvan tidak menyetujui pernikahan tersebut karena Mandira seorang Hindu. Risvan tetap berkeyakinan, bahwa bukan agama yang menyebabkan manusia berbeda, tapi niat baik atau niat jahat yang menyebabkan perbedaan itu. Risvan tetap menikah dengan Mandira.
Kehidupan keluarga Risvan sangat bahagia. Usaha salon Mandira dan keterampilan Risvan dalam menjelaskan suatu produk kecantikan membuat salon Mandira Khan menjadi ramai. Lingkungan tempat mereka tinggal juga sangat welcome atas kehadiran mereka. Sameer juga telah tumbuh menjadi remaja dalam perbedaan keyakinan kedua orang tuanya.
Sampai suatu ketika tragedi 911 terjadi. Seluruh masyarakat Amerika berduka, hingga memicu kebencian yang sangat mendalam kepada teroris, dan juga muslim. Risvan dengan caranya yang khas berusaha keras untuk menjelaskan bahwa dirinya adalah seorang muslim yang bukan teroris kepada tetangga dan orang-orang yang dikenalnya.
Hidup Risvan sekeluarga mendadak berubah. Usaha salon yang dirintis Mandira menjadi sepi hingga akhirnya tutup. Mandira juga tidak bisa mendapat pekerjaan lain. Sementara di sekolah, Sameer sering mendapat perlakuan kasar dari teman-temannya. Hingga akhirnya Sameer meninggal dalam suatu pengeroyokan saat akan bermain bola.
Mandira sangat sedih atas kepergian Sameer. Risvan berusaha menghibur Mandira, akan tetapi Mandira berbalik marah dan membenci Risvan. Dia menyalahkan Risvan atas semua kejadian yang dialaminya. Risvan tetap pada pendiriannya, bahwa bukan karena statusnya sebagai muslim yang salah. Pandangan orang yang salah terhadap muslim yang menyebabkan semua kejadian pada keluarganya dan kematian Sameer. Mandira menantang Risvan untuk membuktikan pendapatnya benar dan memberi tahu seluruh publik Amerika bahwa tidak semua muslim adalah teroris. Risvan menerima tantangan tersebut dan meninggalkan Mandira dan berjanji akan kembali menemuinya jika usahanya telah berhasil.
Inilah inti cerita film ini. Usaha keras seorang Risvan Khan – yang berkebutuhan khusus - untuk membuktikan bahwa dirinya yang seorang muslim bukan teroris dan berhak mendapat perlakuan yang sama di Amerika. Perjalanan panjang dari tempat ketempat hanya dengan satu tujuan, bertemu dengan presiden Amerika dan mengatakan, “My Name is Khan, and I’m not a terorist.” Berhasilkah?
*****
Shahrukh Khan sebagai Risvan Khan tampil sangat memukau sebagai seorang yang berkebutuhan khusus. Kembali dipertemukan dengan Kajol, pasangannya yang sama-sama melambung berkat Dilwale Dulhaniya Le Jayenge, Kuch-Kuch Hota Hai, dan Kabhi Kushi Kabhi Gam di bawah arahan sutradara yang sama, Karan Johar.
Jika anda pecinta film Bollywood, jangan berharap akan menemui tari-tarian atau klip lagu seperti yang biasa anda temui. Anda tidak akan menemui tarian luwes SRK, Atau klip romantis SRK dan Kajol. Lagu khas Bollywood tetap ada, namun hanya sebagai back sound dari adegan yang ingin disampaikan.
Karan Johar sedikit lebih berani menyampaikan idenya tentang toleransi beragama. Setelah secara implisit komflik perbedaan agama ditampilkan dalam Kabhi Kushi Kabhi Gam, maka dalam My Name is Khan konflik ini diangkat lebih fulgar. Meski bukan konflik antara umat Hindu dan Islam, namun semangat yang ingin disampaikan melalui sebuah film cukup mengena. Hal ini terbukti dari beberapa kecaman saat pertama kali diputar di Mumbai. Bahkan, kabarnya film ini tidak diizinkan diputar di New Delhi, ibukota India.
Rupanya tema toleransi tengah digaungkan oleh sineas Bollywood. Tahun lalu film Jodha Akbar sukses sebagai film terbaik dan terlaris di Bollywood. Film yang disutradarai oleh Ashutosh Gowariker dengan bintang Hrithik Roshan dan Aishwarya Rai berhasil memukai ribuan pecinta film Bollywood di seluruh dunia juga mengusung tema toleransi beragama. Dengan cerita dan setting yang sedikit berbeda, sineas Bollywood telah berusaha keras untuk menyampaikan pesan bahwa setiap manusia harus memiliki sikap toleransi yang tinggi terhadap setiap kepercayaan yang diyakini.
Bagaimana dengan kondisi di negara kita?
Menurut saya para sineas kita sangat jauh tertinggal. Mereka masih berkutat pada cerita mistik, dan humor jorok yang sangat tidak bermutu . Alih-alih melestarikan budaya bangsa, yang terjadi justru merusak jiwa generasi muda. Kita tak perlu muluk-muluk meniru film Hollywood yang sudah maju, canggih, dan bagus. Kita cukup berguru ke Bollywood. Dengan teknologi yang sederhana, kemasan yang menarik, dan bintang yang cantik tapi tidak mengumbar aurat, bisa membuat film yang bagus dan mendunia. Hanya kemauan antara sineas, pemerintah, dan pasar yang bisa menjawabnya. SEMOGA.