"Melihat nama Gayus dan Dhana (Gayus Jilid II) yang berasal dari institusi yang sama (pajak) dan sebagai Alumnus STAN (Sekolah Tinggi Akuntansi Negara) yang sama pula. Lalu muncul sebuah pertanyaan sederhana dari hati yang paling dalam. Kenapa Alumnus STAN dengan biaya pendidikan gratis tega melakukan tindak penyimpangan? Padahal STAN merupakan sekolah gratis dari hasil keringat masyarakat tumpah ruah dalam membangun lembaga tersebut, tetapi kenapa mereka masih melakukan penyimpangan terkutuk tersebut?"  - Sumber : Kompasiana

Membaca opini dari salah satu kontributor kompasiana.com tersebut di atas, seolah lembaga sekolah (STAN) menjadi sumber masalah tindak korupsi dan kolusi di negara ini yang hingga kini belum teratasi. Memang, dari kedua kasus di atas, pelakunya kebetulan berasal dari institusi yang sama dan juga almamater yang sama pula.

Saya kok ya ndak rela jika lembaga sekolahnya yang dipertanyakan. Ketidak-relaan ini bukan berarti karena saya berasal dari almamater STAN, bukan...! Saya hanyalah salah satu orang yang "dulu" pernah bercita-cita masuk sekolah tinggi tersebut, tetapi bukan karena ini pula saya menjadi tidak rela jika sekolahnya yang dijadikan kambing hitam.

Sekolah atau lembaga pendidikan dibuat untuk mencerdaskan peserta didiknya. Di dalam sekolah, peserta didik diajarkan berbagai macam ilmu pengetahuan. Sebagai manusia yang bebas, anda bisa masuk ke sekolah manapun sesuai dengan bakat dan minat anda. Jika anda tertarik dengan Akuntansi, belajarlah akuntansi. Jika anda tertarik dengan teknologi, maka belajarlah  IT dimanapun sekolah yang bisa anda masuki.

Di sekolah akuntansi, anda akan belajar tentang akuntansi, sistem pengendalian internal, managemen keuangan, audit dan lain sebagainya. Ketika anda telah bisa dan menguasai ilmu-ilmu tersebut, apakah ada jaminan bahwa kemampuan anda akan dipergunakan sebagaimana mestinya??? Jangan-jangan malah digunakan untuk mengakali sistem keuangan di tempat anda bekerja???

Seseorang yang belajar IT, tentunya akan belajar juga tentang malware, virus, worm dan lain sebagainya. Ketika orang tersebut telah menguasai IT, apakah ada jaminan bahwa kemampuan anda tidak digunakan untuk membobol software buatan pihak lain, atau bahkan membobol situs KPU seperti yg pernah terjadi di Indonesia ini?

Ilmu pengetahuan terlahir suci untuk membantu manusia menghadapi permasalahan. Sehingga, sifat alami dari ilmu pengetahuan adalah alat (tool). Sejatinya, alat digunakan sesuai fungsi yang sepenuhnya dikendalikan oleh si pengguna alat. Jika digunakan untuk kebaikan, maka hasilnya akan baik. Demikian juga sebaliknya.

Sama seperti warna, dia ada bukan untuk mewakili siapa-siapa. Hanya pinter-pinternya orang saja yang seolah-olah warna bisa mewakili perasaan, atau bahkan pandangan politik. Lho, kok jadi ngelantur ke masalah politik?

Tidak tepat rasanya jika kekhilafan seorang Ghayus atau Dhana disangkut pautkan dengan lembaga pendidikan tempat mereka menuntut ilmu.

Mengutip epilog dalam sebuah sinetron, :

"Cerita ini adalah fiktif. Jika ada kesamaan tokoh, nama, tempat kejadian, atau cerita yang sama, hanyalah sebuah kebetulan"

Jika :

betul = benar

maka :

kejadian Gayus dan Dhana adalah KEBETULAN (baca : KEBENARAN).

???

Related Posts